JANJI NUNGGU KATAU BETARUA

Kamis, Januari 01, 2009

ISLAM YANG TERCABIK - Makna Muslim Bersaudara Yang Sudah Tercerai Berai


ISLAM YANG TERCABIK DAN UMATNYA YANG TERPURUK
Kita sadari atau tidak sesungguhnya kapal negeri ini yang bernama Negara Republik Indonesia atau Kabupaten Bengkulu Selatan ini sedang diambang ketenggelaman yang sangat mencemaskan jiwa dan hati kita semua, membuat jiwa kita galau, hati kita penuh cemas, bulu kuduk kita merinding, bagaimanakah nasib anak cucu kita kedepan nantinya? Beranikah kita menghadapkan diri kita, ke Illahi Rabbi, karena kita semua turut bertanggung jawab akan semua ini.
Kapal ini sedang di hantam badai dahsyat kemungkaran, berupa ketidakjujuran, ketidakadilan, ketidakpedulian terhadap sesama, keserakahan dan ketamakan segelintir manusia serta egoistis mau menang sendiri. Bendera islam yang dikibarkan oleh insan-insan mulia waliyullah para pendahulu kita tercabik-cabil oleh fikiran sempit umat muslim sendiri. Sehingga sangat banyak sekali orang yang tersesat dijalan yang benar. Kita bersahadat tapi kita tidak paham hakekatnya bershadat, sebagian dari kita menunaikan ibadah haji, tapi mereka tidak paham kenapa pada saat pakaian ikhram tidak boleh membunuh binatang, apa hakekat melempar jumro, apakah tawab sesungguhnya dan setelah pulang haji bukan hanya binatang yang mereka bunuh bahkan mereka saling hina, fitnah, irih dengki sesama manusia. Umat islam mengucapkan salam sambil menoleh kanan dan kiri dalam sholat yang hakekatnya mendoakan apapun sebelah kanan dan kiri, tapi mereka malah serakah, saling tindas, memakan hak sesama, sewenang-wenang menggunakan harta dan kedudukan, bahkan ada yang berani proklamir, sayalah yang paling hebat, paling gagah, paling kaya. Ini seperti firaun membeli kemanusiaan dengan kedudukan dan harta .
Saat ini aliran yang satu mencela dan menyalahkan aliran yang lain, orang organisasi A tidak sepaham dengan B, Aliran C mencelah D, Pengikut Fulan bertentangan dengan pengikut si Badu, Ahli-ahli Fiqih menyalahkan orang tasawuf dan orang tasawuf menganggap dangkal Ahli fiqih. Para pendahulu kita pasti sedih dengan hal ini. Pertanyaan kita kenapa hal ini bisa terjadi ? Hal ini terjadi karena terlalu sempitnya pemahaman terhadap agama Tauhid ini. Kalau saya boleh mengumpamakan Islam itu seperti durian, maka semua orang akan berpendapat berbeda tentang durian ini. Sekelompok orang saya tanya, menurut kalian apakah durian? itu mereka menjawab durian itu buah yang berduri, sekelompok orang berpendapat durian itu harum dan manis dan menurut tukang kayu durian itu adalah batang yang bisa dibuat papan, Nah sekarang mana yang durian sesungguhnya, durian sesungguhnya ada akarnya, ada batangnya, ada daunnya, ada cabangnya, ada buahnya, ada isi buahnya. Lantas yang harum dan manis itu apa ? yang harus dan manis adalah penomena durian itu, sedangan durian sesungguhnya tidak bisa dilihat oleh mata orang yang memandang, tidak bisa diraba oleh tangan orang yang memegang, tidak bisa tergambarkan oleh orang yang membayangkan, durian sesungguhnya bersemanyam di dalam jantung hati durian yang bernama bijinya, karena didalam biji durian ada akar durian, ada batang durian, ada daun durian, ada buah durian, ada isi durian, bahkan ada berjuta biji durian. Nah sekarang yang mana islam itu. Islam itu bukan hanya syariat bukan juga hanya hakikat, bukan hanya fiqih bukan hanya tasawuf, bukan hanya NU dan bukan juga hanya Muhammadiyah. Islam itu adalah semua dari itu, islam itu adalah satu yaitu agama Tauhid yang di bawah cahaya segala cahaya, rahasia segala rahasia, obat segala obal insan pilihan kekasih Allah Muhammad. SAW

Inna haadzihii ummatukum ummataw waahidataw wa ana rabbukum fa’ buduun
Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. Q.S. Al Ambiyaa’ (21) : 92
Islam itu rahmatan lilalamin. Nikmatnya sholat, manisnya puasa, indahnya zikir itu hanya penomena dari kecintaan akan Allah semata. Maka kalau mau mendapat nikmatnya, sejahtera hidup dalam islam, masuklah islam secara utuh RAILAH HAKIKAT dan JANGAN TINGGALKAN SYARIAT.
Yakinlah bila kita sudah masuk kedalam islam lahir dan bhatin dan kita sudah Meraih Hakikat dan Mendirikan Syariat maka tidak akan terjadi perpecahan, tidak akan masalah lagi perbedaan pendapat. Karena perbedaan aliran, paham, organisasi hanyalah buatan manusia bukan buatan Rasulullah apalagi Allah. Sesungguhnya Muslim itu bersaudara. Apabila seorang sudah bersahadat maka dia adalah muslim dan muslim itu bersaudara. Sesungguhnya, melalui Rasulullah SAW sebagai penutup risalah kenabian, Allah SWT telah menurunkan dua model syariat islam yang masing-masing saling melengkapi . PERTAMA, syari’atul jawariah, atau syariat yang diperuntukan bagi jasmani kita. Inilah yang kemudian disebut ilmu fiqih, yang mengatur seputar halal dan haram, sah dan batal, serta seputar wajib, sunnah, mubah, makruh. Dasar syariat ini adalah nash-nash yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah, serta ijma’ ulama dan qiyas. Syariat KEDUA adalah Syari’atul bhatin yakni syariat bhatin yang mengatur gerak hati agar senantiasa berjalan dijalan yang benar. Syariat bhatin ini jika dijalankan dengan benar akan berpengaruh positif terhadap kesempurnaan pelaksanaan syari’atul jawarih. Syariat bhatin bersumber dari ajaran akhlaq dan tata hati Nabi kepada beberapa sahabat khususnya itulah yang belakangan berkembang menjadi ilmu tasawuf. Semakin bagus akhlaq seseorang maka akan semakin tinggi pula ilmu tasawufnya. Mengutip Buya Hamka pada buku Ihya Ulumiddin, terjemahan Prof. Tk. H. Ismail Yakub Ma, S.H., berkata :
” Syariat tanpa hakekat, menjadi bangkai tak bernyawa. Hakekat tanpa syariat menjadi nyawa tidak bertubuh “.
Kapal negeri ini tercabik cabik dan sudah bolong menabrak karang kemiskinan yang telah membuat luka kita semua semakin pedih. Kapal ini limbung tak tahu arah kemana dermaga kesejahteraan yang menjadi tujuan para penumpangnya, karena tertutup oleh kabut kebodohan yang sangat pekat, ditambah oleh kemelut penumpangnya yang sesama muslim. Permasalahan kemiskin dan kebodohan ini tidak mungkin akan kunjung akhir kalau kita masih saja sibuk dengan egoitis mempertahankan pendapat sendiri yang juga belum tentu benar, kenapa kita tidak pernah mau melihat lebih dalam, kenapa kita selalu membicarakan perbedaan, kenapa kita tidak pernah membicarakan kesamaan. Sekarang marilah kita jangan persoalan tata cara ibadah sesorang, organisasi seseorang, marilah kita melihat lebih dalam, bagaimana ibadah kita, bagai mana akhlaq kita, karena sangat banyak orang yang rajin sholat hanya mendapat capek, banyak orang puasa hanya mendapat lapar, sementara sholat rajin, ngaji rajin, puasa rajin, korupsi rajin, iri dan dengki jalan, hasut dan fitnah hobby. Na kalau begini mana islamnya, bukankah islam rahmatanlilalamin, bukankah kita ini khalifah yang harus bisa menjadi rahmat seluruh alam, Sebelum naik masjid kita lepas alas kaki (pakaian dunia) yang hakekatnya umat Islam harus jangan bangga dengan pakaian dunia berupa jabatan, harta. Habis sholat kita salam kanan dan kiri yang maknanya mendoakan seluruh alam yang disebelah kanan dan sebelah kiri. Sekali lagi bukankah umat muslim itu bersaudara.

Innamal mu’minuuna ikwatun fa ashlihuu baina akhawaikum wat taqullaaha la’allakum turhamuun.
Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
Q.S Al-Hujaraat (49) 010.
Ketahuilah negeri ini membutuhkan orang-orang yang mempunyai ilmu dan akhlaq mulia. Apabila penduduk-penduduknya mempunyai ilmu dan akhlaq mulia niscaya Allah akan menjadikan negeri ini negeri yang sejahtera lahir dan bhatin. Orang yang berilmu, beriman dan bertakwa tidak lah mungkin akan terjebak dengan fikiran dangkal, dia pasti akan bisa memahami bahwa dia itu adalah khalifah dia akan faham bahwa sesungguhnya umat muslim itu bersaudara. Sesama saudara mereka akan senantiasa bejihad dijalan Allah, berjihad untuk bisa memerangi kebodohan dan kemiskinan ini, dia akan faham makna dari beribadahlah seakan engkau meninggal esok dan berkerjalah seakan engkau hidup selamanya. Apabila kita sudah memahami, menghayati, dan mengamalkan Islam dalam kehidupan yakinlah Allah akan memenuhi janjinya.

Wa lau anna ahlal quraa aamanuu wat taqau la fatahnaa ‘alaihim barakaatim minas samaa-i wal ardhi walaakin kadzdzabuu fa akhadznaahum bi maa kaanuu yaksibuun.
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
(Q.S.Al-A'raf: 96)

“Fa alhamahaa fujuurahaa wa taqwaahaa, Qad aflaha manzakkaaha, wa qad khaaba man dassaahaa” Q.S Asy Syams 91:8-10 “Allah mengilhami sukma kejahatan dan kebaikan. Sesungguhnya bahagialah siapa yang mensucikannya. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Marilah kita masuk kedalam islam lahir dan bhatin agar kita bisa mendapatkan keindahan, kedamaian, kesejahteran dalam islam. Hal ini hanya bisa dilakukan apabila kita dapat menyatukan hakikat dan syariat, apabila kita mengutamakan sukma kebaikan dan mengubur sukma kejahatan, apabila kita mengedepankan akhlaq dalam bertindak, apabila kita menjadikan iman dan taqwa sebagai landasan Ilmu. Marilah kita jadikan sifat-sifat Rasulullah dan nilai luhur Asmaulhusna yang melekat dalam diri dan hati kita sebagai landasan gerak kehidupan, yakinlah kita akan menjadi insan pilihan di tengah masyarakat yang akan Menjadi Tempat Bertanya Dikala Mereka Tak Bisa. Menjadi Tempat Mengadu Dikala Mereka Sendu. Menjadi Tempat Bertimbang Dikala Mereka Bimbang. Menjadi Tempat Meminta Dikala Mereka Tak Punya. Menjadi Tempat Berlindung Dikala Mereka Lemah. Menjadi Tempat Berbagi Rasa Dikala Mereka Suka maupun Duka. Menjadi Penjaga Penjara Bagi Mereka Yang Bersalah. Menjadi Piala Bagi Mereka Yang Berjaya.ahimakumullah
Pesan saya untuk kita semua baik menjadi orang penting tapi lebih penting menjadi orang baik. Marilah kita semua senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah.

Bengkulu Selatan Tercinta Januari 2009
Gusnan Mulyadi, SE. MM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar